Kamis, 21 Juli 2011

Materi Tuberkolosis Paru


Materi Tuberkolosis Paru
A. Konsep Dasar Penyakit Tuberkolosis Paru
1.      Pengertian
Tuberkulosis atau TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman ini adalah tidak hanya menyerang paru-paru, tapi juga organ tubuh lainnya seperti tulang, sendi , usus, kelenjar limpa, selaput otak dan lainnya. penularan penyakit TB paru dapat terjadi melalui udara pada saat penderita TB yang belum berobat atau bersin tampa menutup mulut (Dinkes BKL, 2008).
Tuberculosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri “Mycobacterium tubercolosis” bakteri ini berbentuk tahan asam sehingga di kenal juga Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena adalah ogan paru (90%) (arie y,dr. 2007).
Tuberkolisis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenki paru. Tuberkulosis dapat juga di tularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agen infeksius utama, mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet (Burnner & Suddarth. 2001).
2.      Etiologi
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikro x 0,3-0,6 mikro dan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid, (terutama asam mikolat). Bakteri tuberculosis mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alcohol sehingga sering disebut basil taha asam (BTA). Serta tahan terhadap zat kimia dan fisik, tahan dalam keadaan dingin dan kering, bersifat dorman dan aerob (Widoyono. 2005).
3.      Patogenesis
Menurut Aru W. Sudoyo (2006) patogenesis TB Paru dapat dibedakan :
a.       Tuberculosis Primer
Penularan tubercolosis paru terjadi karena kuman di batukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel ini dapat menetap bebas selama 1 sampai 2 jam, tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet, pentilasi yang buruk  dan kelembaban. Suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakkan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakeo broncial beserta gerakan sisa dengan sekretnya.
Apabila kuman menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang baik dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang dalam jaringan paru-paru akan berbentuk sarang Tubercolosis Pneumonia kecil dan disebut cabang primer atau efek primer. Sarang primer ini dapat terjadi dimana saja pada jaringan paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelanjar getah bening (Limfadenitis Regional). Sarang primer Limfangitis lokal tambah Limfadenitis Regional sama dengan  Komplek primer. Komplek primer ini selanjutnya dapat menjadi : (Aru W. Sudoyo, 2006).
1)      Sembuh sama sekali tidak meninggalkan cacat.
2)      Sembuh dengan sedikit meninggalkan bekas berupa garis-garis febriotik. Kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneomonia yang luasnya >5 mm dan + 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant.
3)      Berkomplikasi dapat menyebar secara :
a)      Perkontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya.
b)      Secara brontogen pada paru yang bersangkutan maupun paru sebelahnya. Kuman dapat juga  tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
c)      Secara Limpogen organ tubuh lainnya secara hematogen keorgan tubuh lainnya.
b.      Tuberculosis pasca Primer (Tuberculosis Sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi indogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis post primer). Tuerculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi diregio atas paru-paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior), invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak nodus paru. TB Pasca Primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung jumlah kuman, virelensinya dan imunitas penderitanya, serangan ini menjadi : (Aru W. Sudoyo, 2006)
1)      Diresobsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat ( resorbsi).
2)      Sarang mula-mula meluas tapi kemudian sembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.
3)      Sarang yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitar dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadi capitas. Capitas mula-mula berdinding tipis lama-lama dindingnya menjadi tebal karena infiltrat jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kapitas sklerotik (kronik).
Kavitas dapat meluas kembali dan dapat menimbulkan sarang pneumonia baru.Bila kavitas masuk ke dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier dapat juga masuk ke paru-paru sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan bisa terkena usus jadi Tb usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. kavitas akan memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberculosis, tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuhkan atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi cavitas lagi. Cavitas juga menyembuhkan dan membungkus, dengan membungkus diri dan mengecil. Kadang berakhir sebagai cavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang yang disebut stelate shaped (Aru W. Sudoyo, 2006).
4.      Gejala-Gejala Klinis
keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam, keluhan yang terbanyak adalah;
a.       Demam, biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-410C serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi dapat timbul kembali.
b.      Batuk/batuk Darah, batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c.       Sesak napas, pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan di temukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah paru-paru.
d.      Nyeri dada, gejala ini agak jarang di temukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis, nyeri dada akan di rasakan pasien sewaktu pasien menarik/melapaskan napas.
e.       Malaise, penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun, gejala malaise sering di temukan berupa anoreksia tidak ada napsu makan, badan makin kurus(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat malam (Aru W. Sudoyo, 2006)
5.      Langkah-langkah mendiagnosa Tuberkulosis paru
Diagnosa tuberkulosis di tegakkan dengan mengumpulkan riwayat kesehatan, pemerksaan fisik, rontgen dada, usap basil tahan asam (BTA), kultur sputum, tes kultur tuberkulosis. Rontgen dada biasanya akan menunjukkan lesi pada lobus atas, seputum pada pagi hari untuk kultur BTA, usap BTA akan menunjukkan apakah terdapat mikrobakterium (Brunner & Suddarth,2001)
6.      Pemeriksan penunjang
Menurut Aru W. Sudoyo, (2007) pemeriksaan penunjang TB :
a.       Pemeriksaan fisik
Pemerisaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin di temukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, demam badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkan kelainan, tapi kelainan lesi Tb paru yang paling di curigai adalah bagian apeks(puncak)paru adanya infiltrat yang agak luas maka yang di dapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronkial dan suara napas tambahan berupa bronki basah, kasar, dan nyaring.
b.      Pemeriksaaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis, lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior)atau si daerah hilus menyerupai tumor paru. Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologis terlihat bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah di liputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batasan yang tegas. Lesi ini di kenal sebagai tuberkuloma.
c.       Pemeriksaan laboratorium
1. Darah.
Pemeriksaan darah kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak bersipat sensitip dan juga tudak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru akan di dapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi. Jumlah limfosit masih di bawah normal, laju endap darah mulai meningkat.
2. Sputum
Pemeriksaan sputum penting karena ditemukan kuman BTA.
3. Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang pernah atau sedang mengalami infeksi M. Tuberkulosea, M. Bovis, Vaksinasi, BCG dan Mycobekcteria patogen lainya.
7.      Penularan
Menurut Dep Kes RI (2000) cara penularan TB Paru adalah:
a.       Penularan secara langsung
Sumber penularan dari penyakit ini adalah penderita tubercolosis BTA positif, yang menularkan kepada orang lain yang sehat disekelilingnya, terutama kontak erat. Penularan dapat ditularkan pada waktu bersin, batuk, berciuman, dimana kuman penderita akan menyebar di udara dalam bentuk droplet, partikel dapat hidup dalam udara suhu kamar selama beberapa jam. Dprolet akan terhisap oleh orang sehat dan akan masuk kedalam saluran pernapasan kemudian masuk ke paru-paru menuju organ tubuh lain melalui sistem peredaran darah. Daya penularan bergantung pada banyaknya kuman yang dikeluarkan dari paru, semakin tinggi derajat positif dahak maka akan semakin tinggi pula penularannya.
b.      Penularan secara tidak langsung
Bila penderita batuk dan meludah ditempat diteduh dan lembab, ludah tersebut akan mengering dan kuman akan terbang dibawa angin. Ludah yang mengadung tuberculosis menyebar di udara dan debu terhisap oleh orang yang sehat. Penyebaran ini dapat melalui alat makan dan minum dari penderita tuberculosis yang tidak di siram dengan air panas atau direbus yang langsung di pakai oleh orang sehat.
8.      Pencegahan
Faktor-faktor untuk mengatasi penularan penyakit tuberculosis adalah:
a.       Menutup mulut ketika batuk dan bersin
b.      Haruslah meludah di tempat-tempat tertentu yang telah diberikan desinfektan (air sabun).
c.        Imunisasi BCG diberikan kepada bayi usia 3-14 bulan.
d.      Menghindari dingin.
e.       Carilah sinar matahari dan udara segar cukup ke tempat tidur.
f.       Pengeringan kasur, bantal, dan tidur terutama pagi-pagi.
g.      Semua item yang digunakan untuk memisahkan pasien serta mencuci dan tidak boleh digunakan oleh orang lain.
h.      Makanan seharusnya tinggi karbohidrat dan protein tinggi (makalah kedokteran, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar