Kamis, 21 Juli 2011

Askep Cidera medula spinalis

CIDERA MEDULA SPINALIS


Cedera medulla spinalis adalah cedera dimana medulla spinalis tertekan akibat fraktur vertebra, perubahan posisi vertebra.

Vertebra yang paling sering mengalami cedera adalah servikalis dan lumbal.
Cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang belakang.
Cedera pada vertebra dapat menyebabkan cedera pada medula spinalis berupa komosio, kontusio, laserasi, kompresi sampai transeksi lengkap medula spinalis

Faktor resiko
  1. Usia
  2. Jenis kelamin
  3. Penyalahgunaan zat seperti alkohol dan obat-obatan.

Gambaran klinik
Gambaran klinik tergantung pada lokasi /tingkat cedera dan luasnya cedera yang terjadi.
Gambaran klinik yang dapat terjadi berupa kehilangan :
Gerakan volunter
Sensasi terhadap nyeri, suhu, tekanan/sentuhan
Fungsi usus dan kandung kemih
Refleks spinal dan otonom

Cedera pada servikalis akan menyebabkan quadriplegia dimana terjadi disfungsi ekstremitas atas dan bawah, defekasi dan berkemih.
Cedera di atas C4 dapat berakibat fatal karena menyebabkan kehilangan inervasi pada otot intercosta dan diafragma sehingga pasein akan meninggal dengan kegagalan pernafasan.
Cedera pada torakal dan lumbal akan menyebabkan paraplegia yaitu disfungsi ekstremitas bawah, defekasi dan berkemih.
Derajat cedera menurut American Spinal Injury Association (ASIA) :
Cedera incomplete bila  :
mayoritas fungsi motorik masih dapat dipertahankan
Tidak ada fungsi motorik yang dapat bisa bertahan
Hanya fungsi sensori yang dapat dipertahankan

Cedera komplete bila kehilangan kontrol dari fungsi sensori dan motorik.

Penatalaksanaan  cedera medula spinalis fase akut :
1.      Hipotermia
Penyebaran hipotermia ke dareah cedera untuk mengatasi kekuata autodestruktif
2.      Tindakan pernafasan
Oksigen diberikan untuk mempertahankan PO2 arteri tinggi.
Anoksemia dapat menimbulkan atau memperburuk defisit neurologik
3.      Traksi dan reduksi skelet
Immobilisasi, reduksi dislokasi dan stabilisasi kolum vertebra
4.      Farmakoterapi
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi 
5.      Intervensi bedah
Pembedahan diindikasi bila :
Deformitas pasien tidak dapat dikurangi dengan traksi tidak ada kestabilan tulang servikal
Cedera terjadi pada daerah toraks atau lumbal
Status neurologik pasien memburuk


ASUHAN KEPERAWATAN PADA CEDERA MEDULA SPINALIS

A.    PENGKAJIAN
1. Observasi pola nafas, kekuatan batuk dan auskultasi paru-paru
Paralisis abdominal dan otot pernafasan menyebabkan penurunan batuk, dan sulit untuk membersihkan sekresi bronkial dan faring.

2. Kemampuan motorik : kemampuan pasien untuk meregangkan jari-jari tangan, meremas tangan, menggerakkan  ibu jari kaki atau membalikkan kaki

3. Sensasi dikaji dengan mencubit kulit atau menusuk kulit mulai dari bahu sampai ke bawah pada kedua sisi ekstremitas

4. Pemantauan suhu
Pasien dapat engalami periode hipertermia karena perubahan kontrol suhu akibat gangguan otonom.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan atau paralisis otot abdominal dan intercostal serta ketidak mampuan membersihkan sekresi
2.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorik
3.      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan sensorik dan mobilitas
4.      Gangguan eliminasi urine : retensio urine berhubungan dengan ketidakmampuan berkemih spontan
5.      Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan adanya atonik kolon
6.      Nyeri berhubungan dengan pengobatan dan lamanya immobilitas

C.    PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

1.      Meningkatkan pernafasan adekuat
Ø  Observasi pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman dan bunyi)
Ø  Pantau nilai gas darah
Ø  Bersihkan jalan nafas, lakukan pengisapan bila perlu
Ø  Anjurkan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Ø  Monitor adanya tanda-tanda infeksi pernafasan : batuk demam, dispnea

2.      Memperbaiki mobilitas
Ø  Atur posisi tubuh sejajar dengan posisi dorsal dan terlentang
Ø  Beri footboard pada telapak kaki pasien untuk mencegah footdrop
Ø  Pasang rol trokanter dari krista ilium sampai setengan paha pada keduak kaki untuk mencegah rotasi keluar
Ø  Anjurkan latihan ROM
Ø  Kolaborasi pasang reduksi traksi bila diperlukan dengan immobilisasi ketat

3.      Mempertahankan integritas kulit
Ø  Lakukan perubahan posisi tiap 2 jam  bila sudah ada petunujk dokter namun hati-hati terhadap timbulnya hipotensi akibat perubahan posisi
Ø  Inspeksi kulit dengan cermat pada setiap membalikkan pasien
Ø  Bersihkan kulit pasien setiap beberapa jam dengan sabun ringan, dibilas dan kemudian dikeringkan
Ø  Lakukan massage dengan perlahan menggunakan gerakan sirkular dan olehkan krim atau lotion pada daerah tertekan

4.      Mempertahankan eliminasi urine
Ø  Pasang kateter
Ø  Monitor asupan cairan, pola berkemih, jumlah residu urine, kualitas urine

5.      Memperbaiki fungsi defekasi
Ø  Pasang nasogastrik untuk mengurangi distensi dan mencegah aspirasi
Ø  Bila bising usus terdengar ( biasanya bising usus kembali dalam minggu pertama) beri diet tinggi kalori tinggi protein tinggi serat dengan julmah makanan yang meningkat bertahap.

Bila pasien di pasang traksi :
Ø  Inspeksi tanda infeksi pada tengkorak pasien termasuk drainase sekitar traksi
Ø  Periksa bagian belakang kepala untuk tanda tekanan dan di massage secara teratur hati-hati tidak menggerakkan leher.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar